Rabu, 25 Januari 2012

PENJAMU MALAM

Agustina Putri

-Untuk pemberi mimpi di bulan Februari-

Kau pengukur benang

Yang menjamuku girang

Mengundangku tuk terus berenang

Di sepertiga malam yang panjang

Hingga jua….

Aku gila….

Dihadang bata yang mengistana

Sabtu, 14 Januari 2012

SEONGGOK PIALA LUKA

Oleh: Agustina Putri M**

Bola raksasa berpoles kuning emas di ufuk timur perlahan-lahan mengintip bumi. Malu-malu, ia mengibaskan sayap kekuninganya di pipi langit pagi. Serupa dengan burung pipit yang mengganjonjotkan kedua kakinya di batang pohan, sambil menyanyi dengan suara serak nan merdu. Setelah lagu yang ia nyanyikan berada dititik tamat, ia menoleh dan melihat sayapnya secara bergantian. Seolah memberi isyarat,apakah kalian siap membawaku terbang?Tanpa menunggu lama, burung pipit itu meruncing ke jantung langit.Menyisakan garis yang tak terbaca.Ia melelang di dasar langit. Terlihat linglung dan kebingungan.Ternyata, kebahagiaan yang ia pamerkan barusan, bukan jaminan bahwa harinya akan selalu menyenangkan.Mungkin hari-hariku juga begitu.Aku mulai duduk menekuk lutut setelah lelah mengamati aktifitas burung pipit itu. Dari mulai ia menggeliat di pohon mangga depan asramaku, hingga akhirnya ia terbang kaku di langit yang mulai membiru.Aku masih diam dalam dudukku dan hanya membisu, mengamati daun hijau yang tersipu malu ditiup angin yang menerpanya lesu. Ah…..mudah sekali daun itu tersipu. Padahal angin yang meniupnya hanya berlalu tak sengaja.Aku melingkarkan kedua tanganku di kedua lutut yang sedari tadi bersenggama. Melihat langit pagi yang tak jadi untuk berseri., aku jadi ngeri. Sungguh!aku tak ingin hari kemarin terulang lagi. Menangis sesenggukan bersamaan dengan butiran air yang diutus langit agar membasahi tanah yang keronta.Aku terus membenamkan kepalaku pada kedua lutut yang mulai kesemutan.Berusaha menahan butiran air mata yang sepertinya mendesak untuk keluar.Oh Tuhan…..ternyata aku tak mampu untuk bertahan….Aku terlalu mudah untuk menangis lagi seperti kemarin.Apalagi jika otakku sedang merekam kenangan-kenangan yang dulu menyenangkan.
Saat dulu ,aku duduk diatas hamparan koran bersama- teman-temanku. Menunggu sang pemandu acara mengumumkan masing-masing siswa yang bakal mendapat keberuntungan. Menjadi Ranking kelas atau bahkan Tauladan. Entahlah…..sudah sampai dimana MC acara itu berhasil melewati susunan acara. Yang jelas,waktu itu mataku sudah mengantuk dan enggan diajak terbuka. Aku tak lagi bisa duduk tegap,dan akhirnya terlelap….
“Ifa…Ifa…..bangun!namamu dipanggil tuch….”belum sempat bermimpi, Fina sudah menyentuh bokongku dan mengguncang-guncangkan tubuhku tak sabar. Aku membuka mata setengah tak sadar, tapi akan tetap sadar jika ada orang yang menyebut namaku.
“Sekali lagi.Untuk kelas X IPS 2. Ranking pertama atas nama Alifa Zahrana Kamila”. Mataku membulat.Spontan aku berdiri tegak dan melangkah sigap. Tuhan…..inilah mimpi indahku di dunia nyata,saat barusan aku tak sempat bermimpi indah di dunia mimpi yang maya…? Aku membatin sambil sedikit menyunggingkan senyum saat menerima seonggok piala yang berwarna kuning emas. Lalu….senyumku benar-benar melebar saat Ibu wali kelasku mendaratkan kecupan di pipi kananku….
***
14.00. Siang itulah hari keduaku berlibur semester kedua atau lumrahnya Haflah di kampung halamanku. Yah…. Setelah kabar gembira yang kuberitakan pada mama papa atas keberhasilanku membawa seonggok piala bahagia. Sungguh! Betapa bahagianya aku saat mama papaku melumat pipiku bergantian hingga merona.Tuhan……semoga kebahagian ini bertahan lama….Harapku penuh waktu itu. ***
Masih pada aktifitas semulaku. Memoles wajah dengan bedak seadanya kemudian memasang kerudung merah muda di kepala. Belum selesai ku menggunakannya, teriakan mama mengusik kegiatan ‘berdandan’ku.
“Ifa…..pakai jilbabnya jangan terlalu lama!haflahnya udah mau di mulai tuch….”
“Ugh…”aku mendengus kesal sambil memasang jilbabku buru-buru. Acara haflah inilah yang sering membuatku terusik jika libur haflah tiba. Karena, meski aku menolak untuktidak ikut, mama tetap bersikeras agar aku menghadiri acara yang diadakan sekolah yang kebetulan tempatku sekolah dulu.Hhmmm….meski pada akhirnya…aku non-aktifitas di sana.
Saat seperti ini.Saat mama sibuk mengurusi adikku yang wajahnya penuh make up,dan menelantarkanku didekat ibu setengah baya yang terlihat dengan penampilan sangat biasa .
“Nak,ibu pulang duluan ya….,”ibu setengah baya itu angkat bicara sambil menyentuh bahuku saat aku sedang lekat memandanginya.Aku hanya mengangguk tanpa bicara.Lalu…hanya memandangi punggung ibu paruh baya yang semakin jauh dari depan mataku.
Aku benar-benar sendiri saat ibu yang tadi di sampingku pergi.Aku berusahamengusir sepi dengan menarikan jemari diatas keypadhandphone silverku.Ah….ini bukan sepi lagi . Kalau dihadapanku justru berdiri segerombolan cowok dengan penampilan jauh dari menarik. Mereka terlihat saling mendorong satu sama lain seolah ingin mendekatiku, sambil melontarkan kata –kata yang tak bermutu.
“ Oi… Oi…. Cewek macan tucch…”kata cowok yang berambut jabrik itu.
“Manis cantik…………………….”sahut teman –tamannya yang lain.
Kata-kata mereka benar-benar membuatku jengah. Aku memasukkan hand phone ke dalam saku, lalu beranjak dari dudukku. Aih…..berani-beraninya diameraih dan mencengkram lenganku.Aku mengibaskan tangan cowok berambut jabrik yang tadi lancang menyentuhku.Sebenarnya hasratku untuk menjitak kepalanya telah membuncah di ubun-ubun. Namun…aku menjaga imageku yang tak lain adalah seorang santri. Aku berusaha tetap terlihat tenang.Walau sebenarnya jantungku berdebar superkencang karena takut.Aku melemparkan ekspresi wajah sebal pada mereka, dan mencoba untuk pergi.Ya ampunn……..mereka menghalangi jalanku…Aku mengeluh putus asa dan hanya bisa menyatukan jemariku untuk berdo’a.Berharap aku slalu baik-baik saja. Bangsat!mereka tertawa melihatku berdo’a. Ketika aku mulai menjatuhkan wajahku pada gumpalan jemari dan mulai memejamkan mata,tiba-tiba terdengar suara gagah mengagetkanku. Tapi aku tau,kata-kata itu tak tertuju untukku.
“Bisa berhenti?!kaliangak gangguin cewek yang lagi sendiri??!!!“Komplotan cowok berewok tadi langsung lari terbirit-birit saat cowok berpeci itu menegur mereka dengan kata-kata terlampau biasa,namun dibawa dengan ekspresi ngeri.Saat suasana kembali sepi,aku memberanikan diri untuk bicara.
“Makasih ya….”
“Mmm”Cuma itu respon dia…..lalu pergi meninggalkanku, lagi-lagi sendiri.Aku masih berdiri dan membisu.Tatapanku kupaku pada punggung lelaki yang menjauh dari pandanganku.Ugh……terlaludingin. Hampir menyaingi es batu…
***
“Sayang,apakah harimu semanis gula palem hingga kamu bertahan untuk tidak tidur demi menulis diary malem-malem..?”Aku hanya diam sambil garuk-garuk kepala. Mama tak banyak bicara.Karena menurut dia, pertanyaan tadi sudah mengandung suruhan agar aku segera mengatupkan kedua mata. Kemudian mama memadamkan lampu dan menutup pintu.Phufftt…… aku harus mulai mengerahkan energiku untuk memejamkan mata.Karena sejujurnya aku masih sulit mengusir wajahlelaki berpeci tadi sore yang belum ku tau namanya.Tuhan………….apa aku ini?baru saja kulihat laki-laki itu tadi. Sudahlah Ifa….Kamu sudah cukup’ berdosa’ tak menceritakan kejadian tadi pada mama. Sekarang,mau nambah dosa lagi…karena tak segera memejamkan mata..??Aku menyalahkan diri-sendiri sambil menarik selimut pinkku dengan motif-motif peri.
***
Sejujurnya,aku masih belum siap untuk beraktifitas seperti semula. Apalagi,dalam perjalanan balik ke asrama kemarin…aku tak sengaja bertemu dengan lelaki berpeci yang bebarapa hari alu menolongku. Penampilannya tetap sama. Bedanya…. dia tak terlihat dingin.Justru dia melambungkan senyuman termanisnya untukku.Alhasil…aku semakin tak berhasrat untuk kembali keasrama.Tapi mau tak mau, aku harus kembali ke asrama agar tidak di denda.Dan mau tak mau pula,aku harus mencoba fokus seperti mereka saat mengikuti tes seleksi untuk bisa masuk jurusan IPA. Yah…meski otakku tak mau diajak berkelana .Entah karena memikirkan lelaki tak jelas itu….atau karena ketidakmampuanku menjawab pertanyaan-pertanyaan yang rata-rata berkomposisi eksakta.Hhm….harus berusaha meski sejatinya otakku tak bisa eksakta……
***
Aku tak henti-hentinya memuja Sang Maha Kuasa saat aku lulus melewati tes seleksi untuk masuk jurusan IPA.Sungguh!aku terlampau bahagia. Tapi sayang, kesenanganku hanya sementara.Aku bungkam seribu bahasa saat langkahku sudah ada di pintu kelas XI IPA.
“Ifa…duduk sama aku!”Fina meraih tanganku dan menyeretku ke bangkunya.Aku tetap pasang wajah heran tanpa bicara. Sembari duduk bak Arca..aku bergumam tak percaya. Tuhan……masih bisakah aku membawa seonggok piala ,jika sainganku rata-rata mantan kelas X IPS 1….?? Aku tertunduk putus asa. Semangat yang awalnya membara, kini seolah meluruh begitu saja….
***
Firasatku benar-benar nyata.Ternyata aku tak bisa bersaing dengan mereka. Aku hanya mampu melihat siswa kelas XI IPA yang juara berjejer di atas pentas sana. Siapa bilang hatiku tak terluka,hanya saja aku malu untuk mengeluarkan air mata.Karena ini salahku juga,membiarkan semangat yang dulu membara di biarkan menghilang begitu saja.Dan ini juga salahku,telah memelihara kata tak bisa tanpa berusaha.Itu alasanku. Tapi entah mengapa Fina beda. Fina justru menyalahkan lelaki yang sampai saat ini belum juga kuketahui namanya.Fina bilang,dialah penyebab semangatku tak lagi membara.Untuk yang kesekian kali aku mengadu pada-Nya.Tuhan….sungguh aku tak ingin menyalahkan siapapun. Aku hanya kebingungan alasan apa yang akan kuutarakan pada mama dan papa….aku yakin mereka kecewa….Aku bergeming sambil menahan air mata yang semakin berkaca-kaca. Tapi aku tak bisa lagi bertahan saat teman- temanku yang juara membawa seonggok piala yang membuat mereka bahagia…tapi bagiku …piala itu justru membuatku terluka, sedang melintas di depan mata….
***
Aku memaksa otakku untuk berhenti memikirkan piala-piala yang membuatku terluka.Dan mengajaknya kembali ke dunia nyata.Bukan merekam ulang kenangan-kenangan yang telah usang. Tapi otakku tak mau diajak bereaksi. Ia masih slalu mengagung-agungkan piala. Hingga mbak Ana-pun yang ternyata sedari tadi menghampiriku yang sedang banjir air mata, kuanggap mbak Ana seolah tidak ada.Mungkin mbak Ana sudah lelah menungguiku yang sedari tadi duduk kaku.Akhirnya, dia berbicara dengan nada yang tak biasa.
“Ifa……!!!Sudah cukup kau memikirkan piala!! Ia hanya akan membuatmu terluka. Kautahu…ranking itu bukan segalanya. Masih banyak jalan untuk membuat mu bahagia dan mama papamu bangga memilikimu sebagai anak pertama…… ….. ”
Aku membenamkan wajahku kepelukan mbak Ana.Sambil terus menangis sesenggukan.Sesekali, mbak Ana menyeka air mata yang membeceki pipiku. Aku berusaha berbicara meski dengan nada terbata-bata
“M…mbak A….Ana hiks….ke…keba..kebahagian…itu..hiks….ter..ternyata…hiks…. tak…ber..ber…bertahan la…lama……hiks…. ”Mbak Ana semakin mempererat pelukannya.Seolah memberi kekuatan.
Hanya mbak Ana yang mengerti segalanya….
Hanya mbak Ana yang mampu mengobati hatiku yang terluka….
Karena,dia bukan hanaya berposisi sebagai orang yang lebih tua dariku. Aku lebih menganggapnya saudara.Jadi…..jangan bertanya,mbak Ana kenapa?….jika mbak Ana ikut terluka atau malah ikut menggelindingkan air mata……………………

**Santri biasa saja,yang sedang berproses di PPA.Latee II

Tiga Perkara merupakan kunci Sukses

Dalam kehidupan bermasyarakat kita seringkali dihadapakan pada dua pilihan antara disakiti atau menyakiti.Pilihan itulah yang menuntut kita agar lebih bijaksana agar tidak salah pilih.Namun dalam hal ini ada satu hal lagi yang harus kita pilih dan membuang dua pilihan yang pertama itu adalah Berbuat baik pada yang menyakiti.Dalam hal ini guru kita sering mengingatkan akan firman Allah yang berbunyi ".... Waman 'afa wa ashlaha fa ajruhu 'alallah....".kalau kita sederhanakan ayat tersebut mengajak kita agar berbuat ;
1.Menahan amarah
2.memaafkan kesalahan orang lain
3.Dermawan
Untuk mengaplikasikan ketiga perkara tersebut adalah tidak mudah,karena membutuhkan batin yang kuat,batin yang selalu dipenuhi dengan nur bukan kegelapan sehingga alam disekitarnya menjadi terang.Dan dia sendiri yang menjadi lampu dengan anugrah ilahi.semuga catatan singkat ini bisa membantu diri kita pribadi agar selalu berbenah diri.maohn maaf bukan menggurui.

SEBUAH CATATAN DARI SANG GURU

Moh.Afif

Pada malam juma’at saya membuka subuah kitab, ternyata didalamnya ada sebuah lembaran berisi tulisan dari salah seorang guru ( Pembina perguruan Teratai Biru,semuga ilmunya bermanfaat ) yang saya mengenalnya sejak duduk dibagku MTS 1 Annuqayah.Secarik kertas itu dikirimkan melalui seorang teman saya yang juga berguru padanya.Isi kertas tersebut begini :
“ Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Saya punya cerita,diaman serita itu adalah merupakan suatu jawaban dari pertanyaanmu (sampai saat ini saya masih belum ingat apa yang saya tanyakan itu,Cuma yang saya ingat ketika itu saya terobsesi menjadi seorang yang selalu dekat dengan Allah. ).Begini ceritanya tulis sang guru:Disebuah hutan ada seorang pemburu.Ketika pemburu itu melihat mangsa maka langsung ditembak,ia terkena dan jatuh.Dia mengambilnya dan dipegang.Tiba-tiba ada seorang yang dating keapdanya,lalu mengambil buruannya,dia mengusap dan mengelusnya lalu melepaskannya.Si pemburu itu heran dan bertanya.” Mengapa hasil buruanku dilepaskan? ”.” Kasihan !” jawab sipendatang baru tadi.Lalu si pemburu tadi ingin berguru pada orang tersebut tapi ia menolaknya.sipemburu itu memaksanya untuk berguru dan pada akhirnya dia di terima sebagai muridnya dengan catatan “ Kamu harus tahu darinmana asalmu dan ada dimana?”.Setelah berkata demikian orang itu menghilang.Namun si pemburu tadi it uterus mencarinya dengan tabah dan tanpa berputus asa.pada akhirnya dia ditemukan di sebuah goa(didalam goa )orang yang di dalam goa tersebut menoleh kearahnya dan berkata “ O, kamu mengejarku baik kalau begitu aku menyerahkan ilmuku kepadamu ”Kemudian orang itu menghilang bagai ditelan bumi .
Subhanallah cerita itu benar-benar mengangdung makna yang sangat dalam sekali.semuga cerita itu bermanfaat untuk kita yang berupaya untuk mengenal jatidiri sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini penuh arti dan bernilai.Amin.

Rabu, 11 Januari 2012

Kunang-Kunang Di Jiwa Lebam

Kau kunang-kunang malam

Yang berlayar di hati kelam

Membentuk sketsa pualam

Pada jiwa yang melebam

Kau pemuja sinar-sinar kelabu

Yang gemulai di plafon bambu

Menyesap cairan ungu

Sambil menyilangkan paha yang mulai kaku

Ah….

Kau selalu bisa taklukkan perjaka

Tanpa peduli dengan Tuhan-Nya

Semoga diorama mereka

Dihakimi masa, sampai saat ini saja!

Kubik mana…..?

Agustina Putri

Kubik mana yang bisa kuperluas sudutnya..?

Agara jiwa yang keronta tak lagi meronta..

Kubik mana yang bisa kuiperluas sudutnya..?

Agara aku bebas mematung kata,

Bak makhluk bercengger di dini buta…?

Kubik mana…?

Kubik mana…?

Kubik mana…?